Showing posts with label Thriller. Show all posts
Showing posts with label Thriller. Show all posts

Wednesday, February 7, 2018



for english review, scroll down until you see the yellow color tiles.

synopsis: Orbiting a planet on the brink of war, scientists test a device to solve an energy crisis, and end up face-to-face with a dark alternate reality.


INDONESIAN REVIEW
Fall into a disappointment with its bigger responsible as a connector but somehow it’s worth to see by its matter.

Marketing tak bisa disalahkan, sebenarnya great job buat mereka apalagi untuk tipe film begini. Tak bisa disalahkan juga diriku yang tak bisa enjoy film ini dengan kekacauannya bahkan masih enakan yang sebelumnya yang lebih mencekam, menegangkan dan memuaskan. Banyak orang yang berantisipasi dan terkejut saat filmnya keluar setelah superbowl. Ya, gua punya niat besar untuk nonton langsung film ini dan tetap mengambil pencegahan dengan menurunkan ekspetasi. Dan hal itu terjadi. WHAT. THE. FUCK!


Jujur, film ini tak hanya datang mengejutkan tapi juga selesai dalam keadaan yang sama dengan tambahan gelengan kepala saat aku menyaksikan film ini. Jujur, film ini tak bisa disalahkan akan kekurangannya tetapi disisi lain, film ini tetap harus ditonton. Why? Gua elaborate dulu penilaianku soal film ini.

First thing first, film ini mengambil set di luar angkasa dimana mereka menghidupkan particle accelerator untuk menyelamatkan krisis energi yang sedang terjadi di bumi. Tak tahu juga tahun berapa-an, tapi yang jelas situasi di bumi sering gelap-gelapan, hadeh. Orang-orang yang ada di luar angkasa ini, bukannya berhasil meruntuhkan krisis energi malah berhadapan pada masalah yang di luar akal manusia, di mulai ketika mereka menyadari bahwa bumi tiba-tiba saja hilang.

Jujur, film ini memiliki beban besar terhadap konektivitas film lainnya, mulai dari Cloverfield (2008), 10 Cloverfield Lane (2016), dan juga yang akan datang Overlord (2018) di bioskop nanti. Hanya saja, membawa materi untuk menjawab beberapa pertanyaan di film-film sebelumnya, hanya sekedar begitu-begitu saja, biasa. I can say film ini seperti film kausalitas dari kondisi yang telah terjadi. Hanya saja, banyak kegagalan di dalamnya yang membuat film ini jatuh ambruk dalam kekecewaan.

Kegagalan film ini ialah konstruksi atau membangun tensi ketegangan. Di first-act ketika bermunculan hal-hal aneh yang bikin kening mengernyit cukup menarik tetapi bagaimana eksekusi di second-act bahkan third-act nya kian melemah. Film ini tidak begitu mencekam seperti pendahulunya, atau setidaknya memberikan experience yang menarik lewat misteri udah cukup, tak perlu memberikan sensai menegangkan bila akhirnya begini. Tak hanya itu, dialognya bahkan tidak berhasil menyelamatkan film ini dari kegagalan tersebut. Ketika dialognya demikian, beruntunlah pada pengembangan karakter yang juga melemah, bahkan ketika keinginan director untuk menyisipkan drama di third-act, terlambat sudah akibat beberapa aspek yang kian rendah. Dan tinggallah hanya memberikan jawaban-jawaban tanpa ada kemasan menarik di dalamnya, seakan film ini pelengkap dalam kemasan buruk.

Kalau yang tadi kegagalan aspek-aspek di dalamnya, yang ini malah sia-sia, dan beberapa plot-hole. Kemudian di bagian score yang rasanya tidak sesuai bahkan tidak bisa membantu memberikan rasa ketegangan yang ended-up nanggung. Kemudian di bagian cast yang terasa wasted disini, seperti Gugu Mbatha-Raw yang memerankan tokoh Hamilton di film itu. Akting dan performanya sudah bagus, dan lainnya sebenarnya juga lumayan untuk film ini, hanya saja terhambat karena dialognya.

Buang hal buruk tadi, sekarang bagian kesukaanku di film ini. Hal yang paling kusuka hanyalah bagian awal dan akhir. Bagian akhir seperti menebar minyak pemuas dan menutup dengan pertanyaan yang memutar otak dalam menyusun kejadian demi kejadian di Cloverfield Universe.

Film ini masih interesting di sisi lain, dan worth to see, atau ngelihat spoiler dari orang mengenai ceritanya kalau mau menghemat 1 jam 42 menit. Semua keputusan terserah kalian, bukan maksudku untuk membuat kalian agar tidak menonton film ini, ini semua hanya pendapat dan pemikiranku mengenai film ini. Film itu subjektif, ada yang suka, ada yang tidak, semua tergantung selera dan pandangan anda. Yang jelas, to me, film ini kacau.

Menurutmu gimana?
Tulis di komen!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.

RATING:
2.0/10

ENGLISH REVIEW
Fall into a disappointment with its bigger responsible as a connector but somehow it’s worth to see by its matter.

I can’t blame the marketing, they did a great job for a type of film like this. I can’t blame myself for not enjoying much on this one and prefer the previous one which more, more thrilling and satisfying. So much people anticipated this and surprised when it comes right after the superbowl. Yes, I have a bigger intention and take a precaution by decreasing my expectation. Then, it happens. WHAT. THE. FUCK!


Honestly, this film is not just surprising as it comes to the world but also done in a surprising way with my head shaking a little. This film somehow it is worth to see but if you just wanna take a spoiler from your friend, then that’s yours, haha.

First thing first, this film taking a set from outer space where they have a mission to save the energy crisis by turning on the particle accelerator. I don’t know which year they were but to be clear that earth is in dark. People in a spaceship is not succeed but facing another problem, begin with realizing that the earth is gone. Just gone.

To be honest, this film has bigger load for the connectivity of other film in one film universe, starts from Cloverfield (2008), 10 Cloverfield Lane (2016), and also soon Overlord (2018) in your near cinemas. It’s just, carrying this story to answer few questions from previous films, and just that, it’s not like making its experience become better or at least good. It’s a big disappointment for this one.

So many failure in a messy way. First one, is building the tension, building the thrill, gripping or at least create a fascinating way by taking its mystery in a great packaging. Turns out no, so much potential in this film that just wasted. Then, the dialog that cannot save this film from its failure. When the dialog has a failure, then it goes to the character development that also fail. Even when the film wants to create a drama moment in the third-act before it ended with seconds of satisfying moment, it feels empty even the cast is already putting much effort. Everything left with just answering and knowing the fact and it’s over. It’s a bad wrapped.

Failure in a few aspects, then it’s about the plot, score and cast. Yes, plot-hole is everywhere but not entire, yes, I know if you put attention into the news and other things, but I think some of it still a plot-hole that doesn’t make any sense. Then, the score that it’s weak. You know, score can also build the tension for a bit, take an example like, Life (2016). Next, is the cast. I think this department is pretty wasted. Gugu Mbatha-Raw has a good performance and put a good effort in it, it’s just the story and the constructions of it cannot embrace it.

Let alone that negative points, then going into moments that I really liked. What I really liked is just the beginning and ending. The ending is predictable but it’s still sparkling and satisfying, seeing that thing, roaring and closed by questions that giving duty to your brain, thinking and arranging events in Cloverfield Universe.

Somehow this film is kind of pretty interesting, but I won’t see this again, anymore and have a big regret. If you don’t want to waste your 1 hour 42 minutes just for this crap, it’s all yours. It’s not my decision to hold you up and not watching this one, I am really not, I just put my thoughts about this film and I think this film is not satisfying me. It’s all yours, it’s up to you, your taste and your point of view. Obviously for me, this film is a total messy.

What do you think?
Write in comment!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.

RATING:
2.0/10

Tuesday, November 14, 2017


Directed by: Michael SpierigPeter Spierig
Written by: Pete Goldfinger, Josh Stolberg
Cast: Matt Passmore, Tobin Bell, Callum Keith Rennie, ...

Genre: Horror Mystery Thriller

Film yang aku anticipated banget ditambah adanya sebuah harapan pada sang sutradara yang juga pernah bikin film Predestination and I think, you know how good that is, tetapi mau bagaimana lagi, sebuah film lanjutan pada franchise tampil begitu mengecewakan walau jujur, tetap menghibur (?).

Seperti biasanya, tentang orang-orang yang diculik dan melakukan serangkaian tes mematikan dan harus mengakui kesalahan mereka. Seiring detektif memecahkan sebuah kasus itu, muncul sebuah kabar bahwa sang Jigsaw kembali hidup.




Kembali hidup? Mending nonton kalau mau jawabannya. Secara, SAW (2004) tetap bertengger diatas sana sebagai cult movie yang bagus jika series selanjutnya di sisihkan karena jujur, cuma pelengkap tanpa sesuatu spesial. Lalu, yang ini? I can't say it's the same. Yang jelas film ini masih memberikan sebuah sajian gore dan melihat orang sekarat dengan jebakan-jebakan baru, hanya saja film ini lebih diperkuat dengan investigasi dari detektif sampai pada akhirnya plot twist. Semua terasa pleasurable, enjoyable, dan pretty entertaining dalam lingkup horror.

Tetapi film ini tidak berjalan sesuai yang di inginkan, kembalinya Jigsaw hanya membawa unsur traps dan cerita baru dan formulanya itu-itu saja, bahkan approach dan pengeksekusian horror begitu lazy, nothing special in it. Tidak ada sesuatu yang membuat film ini sangat berkesan, hanya kesan puas begitu-begitu saja. Film ini rasanya seperti bukan kelanjutan tetapi bagai film tunggal maupun film prekuel. Belum lagi pengeksekusian sebuah rasa horror tidak begitu baik dan bergerak hanya pada satu poin yaitu visual gorenya, tak ada rasa mencekam maupun horror yang pernah kita rasakan dalam SAW franchise sebelumnya. Yang bekerja dengan baik hanya pada plot, kesatuan yang cukup solid dan itu saja.


Sebuah konklusi datang bahwa film ini bener-bener sebagai pelengkap sia-sia dan sebenarnya ga perlu banget di buat, jujur tidak ada sesuatu spesial atau materi experience yang lebih menarik maupun lebih mencekam, hanya sebagai pemuas atau penghibur keinginan para fans yang ingin SAW 8. Filmnya ga buruk-buruk amat, cuma lumayan dan masih worth bagi kalian yang penasaran. It's just traps, investigation, then plot twist, enjoyable, lumayan and that's all. Sejujurnya aku suka kok dengan filmnya, hanya sebatas pemuas horror gitu-gitu aja. Decent.

Menurutmu gimana?
Tulis dikomen!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING:
4.7/10
INDONESIAN
The one that I really anticipated then there's was a hope because of the director that brought to you on Predestination and I think you know how great that was, but then when I watched Jigsaw, it feels disappointing but honestly it still entertaining (?).

Like usual, some people kidnapped and brought to another place and do a series of death traps, dying and survive. Beside the detective solve the mysteries before it's too late, news coming to their ears that Jigsaw is alive.




Alive? I think you should see it to know the answer. For me SAW (2004) is a great Thriller and also a cult film but forget other films in its franchise because it's become nothing but pleasurably look on death traps and converting into thrill and using the same formula. So, now? I can't say it's the same. For clearly I think it's just give you a gore visual and see people dying with new death traps, then the detective investigation that felt solid until it end by the plot twist. That's all, just pleasurable, enjoyable, and pretty entertaining in horror thriller genre but not taking a serious forward to become interesting or fascinating.

This film is not filled my expectation, not so hype for it even I really excited for it, Jigsaw come with new traps, new storyline, but the formula is the same, even the approach and horror thriller execution is lazy, nothing special in it. Nothing very important or have a great reason to make this for than just fulfill the fans needs. It's not a continuity but feels like a single film or prequel. Not to mention how they execute its horror is not effective and just using the gore as a scary and thrill matter. It's not so gripping like I ever felt before in the franchise. What only good to me is just, the plot, solidity, that's it.


I'm very sure that this film was unnecessary to come and nothing special in it. Nothing forward or a great move in it. Like I said, it's just enjoyable, entertaining, and not impressive in everything to become a great work, just decent or probably worst in decision to make from the studio. Just traps, investigation, blend it then put the plot twist, that's all. I liked it but disappointing, it's worth to SAW or gory fans. It's not bad and don't mind the rating because the film is bad, it's just the way you felt and it's subjective.

What do you think?
Write down below!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING:
4.7/10
ENGLISH

Saturday, October 7, 2017



"its astounding, well-crafted and fucking great experience I ever had with also captured that we are human but not like a real human"


Film sekuel Blade Runner ini bisa dibilang membuat takjub sepanjang durasi walau jujur, experience yang bener-bener selangkah lebih maju ketimbang pendahulunya. Mengusung tema Sci-fi dystopian yang bener-bener dark dan sense yang real juga lampu neon tetep pada stylenya.

Menceritakan kisah Officer K yang menemukan suatu bukti rahasia yang mengarah pada Officer Blade Runner yang telah hilang 30 tahun yang lalu.

Hal yang paling membuat orang tertarik ialah, first, visual yang bener-bener mengugah selera, bener-bener eye-pleasing fantasi yang begitu menarik juga trailer yang memberikan aksi yang wah, second, It’s Dennis Villeneuve or Blade Runner sequel, baby! Which one are you? Dari kedua pilihan bakal terlihat bagaimana anda menikmati film ini dengan hasilnya;”bosen banget” atau “fuck, this is so damn good” yang membuka pandangan gua bahwa ni film jelas banget untuk orang tertentu.

Dari plotnya aja, udah slow-burns tetapi itu bener-bener penggalian materi yang begitu dalam walau pacing di sekuel ini lebih lambat ketimbang pertamanya. Still on purpose, membawa materi mengenai humanity, keobsesian, kasih sayang, dan berbagai diantaranya begitu tersampaikan dengan baik. Kisah yang dibawa ini terasa dark dan entah mengapa film ini memberikan sebuah sense yang real. Belum lagi misterinya yang bener-bener, boom.

Tak hanya itu, Roger Deakins, pasti udah tau kalau ini orang memberikan sebuah visual experience yang bener-bener memukau, warna-warna neon dan shot yang bener-bener terstruktur tetapi tampil wah. Tak hanya itu, telinga kita akan mendengar alunan futuristik dari komposer Hans Zimmer yang of course, it’s very well composed. Belum lagi, para aktor yang bener-bener well-performed apalagi Ryan Gosling yang kali ini kembali memukau gua dengan apa yang dia tunjukkan. ANA DE ARMAS, I LOVE YOU!!

Secara, ni film unggul banget dari yang sebelumnya dan gua akui tetapi entah kenapa pada satu sisi film ini tidak begitu se-memorable dengan yang pertamanya walau experience yang di sekuel ini lebih mantap. Like I said, untuk menikmati film ini perlu ditonton yang pertamanya, kalo film pertamanya lu udah ga suka, prediksi gua bakal no buat yang sekuel ini.

Menurutmu gimana, guys?
Share jawabanmu di komentar, ya!


HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING
9.5/10

Friday, July 7, 2017


"an extraordinary math thriller that heating your mind"

SINOPSIS:
4 orang matematikawan mendapatkan sebuah undangan rahasia untuk menuju ke suatu pertemuan dengan terlebih dulu memecahkan soal di undangan tersebut kemudian mengikuti aba-aba dan bertemulah ke-4 orang itu pada satu tempat, pertemuan yang begitu tidak jelas hingga mereka menyadari ada sesuatu yang janggal dan tak ada waktu untuk kembali.

REVIEW:
Film satu ini buat gua tertarik mengikuti plot yang mengalir dengan tensi yang semakin memuncak. Dengan modal gaya matematika berbalut seni yang indah dan ditabur bumbu-bumbu misteri thriller yang terasa fresh dan unik. Sebenarnya model beginian udah biasa sih, tetapi bagaimana film ini membawa audiensnya ini lewat misteri yang berpacu dengan waktu memberikan kesan yang baik.

Openingnya aja udah ngasih satu aba-aba bahwa apa yang kita saksikan selanjutnya sangat identik dan kental akan matematika. Film ini tak membuatmu bagai orang bodoh, malah kamu disini duduk untuk melihat, menyaksikan dan ikut mengulik satu-persatu yang terlibat di pertemuan itu, mencari tahu siapa dalang, korban, alasan dan sejenisnya. Tak perlu kita memahami betul teka-teki yang mereka kerjakan walau ada beberapa reviewer lain nyoba.

Backstory para karakter diawal sangatlah kosong, hingga audiens terkoneksi dengan sang karakter lewat kepanikan, kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Belum lagi, suasana yang tercipta benar-benar intens, warna merah dan kuning terang betul-betul efektif. Soal scorenya sih fine-fine aja tetapi ada shaky-cam di adegan-adegan akhir yang ngasih audiens dua kesan, pusing dengan tensi semakin tinggi, dan satu lagi, terganggu dan memberikan kesan buruk sedikit pada penonton. Kalau lu yang suka art-house pada kebanyakan tipe pertama, nganggapnya efektif, ujung-ujungnya, it’s depend on your perspective, ga bisa maksa. Well, sebenarnya masih ada yang terasa janggal dan kurang jelas dan bahkan


Dari film ini juga lu bakal lihat, and it’s like sebuah representasi terhadap ilmuwan matematika terkenal dulu, apalagi orang yang terlalu obesesi dengan penemuannya, bahkan hal yang dia kerjakan jika gagal sedikit atau ada yang mengganggunya, bisa gila atau ujung-ujungnya bunuh diri. Bahkan gua belajar dari film ini bahwa setiap kita mengambil sebuah ambisi, jangan terlalu berlebihan, plus biarkan dunia tetap seperti ini daripada ujung-ujungnya menciptakan malapetaka.

Well, bukan maksud gua untuk menyindir atau menjelek-jelekkan reviewer lain. Ada satu kasus dan gua ga setuju dan complain bahwa ketegangan selanjutnya dia gak ada ngerasa apa-apa, like, datar. Satu hal yang bikin memperburuk kesan ialah, ketika mencoba memecahkan teka-tekinya, entah betul apa enggak, mudah entah tidaknya, dan menurutnya teka-teki itu terlalu mudah bagi orang yang udah ahli matematika, tetapi pada film ini, berbeda suasana, belum lagi panik yang menerpa, ini itu dan segalanya yang menganggu pikiran mereka, plus karena mereka ada sering nge-pause, ini bakal ngerusak kesan lu pas lagi nonton film ini.

Yang bisa lu ambil dari kasus itu ialah, kalau menonton sebuah film terutama jika ingin menilai sebuah film, harus menonton tanpa ada mempause, atau berhenti sejenak kemudian lanjut lagi, karena ini bisa mengganggu kesan lu ketika menonton. Coba aja deh bedain, --tetapi ini opini dan ini hasil pengamatan gua, so belum tentu juga. Beberapa artikel juga menegaskan dan ga selalu berpatokan dari situ juga karena setiap orang punya prinsip dan cara tertentu dalam menilai film.

Tapi ingat ya guys, kesan tidak bisa dibohongin walau apapun dalam film itu udah bagus. So, kalo kalian merasa film ini kurang, ya itu opinimu dan gua akan beri respect terhadap opinimu.

So, gitu saja guys!

Menurut kalian gimana?
Tulis dikomentar!

Keep following me for an update review on instagram!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

Tuesday, April 11, 2017

GENRE: HORROR THRILLER
DURASI: 1 JAM 40 MENIT
RATED: DEWASA

SUTRADARA: JORDAN PEELE
PENULIS: JORDAN PEELE
CAST:
DANIEL KALUUYA as Chris
ALLISON WILLIAMS as Rose
...
RILIS: 7 APRIL 2017 (INDONESIA)






"HANYA KARENA DIRIMU DIUNDANG BUKAN BERARTI KAU DITERIMA"


REVIEW:
Film yang menarik, menegangkan, juga mencekam ini masih populer di negara asalnya, Amerika. Menggarap sebuah ide yang berasal dari sebuah lelucon ataupun stereotip orang sana tentang, "Jangan pernah datang ke rumah orang tua pacar berkulit putih!", karena pasti kalian tahu lah, beberapa orang tua sana masih menganggap ras putih lebih wow. Tetapi, Jordan mengubah anggapan tersebut menjadi suatu hal yang jenius dan tak diduga-duga.


First thing, first, gua mau ngomongin soal ceritanya. Chris (Daniel Kaluuya) yang seorang fotografer muda berkulit hitam di ajak oleh pacarnya Rose (Allison WIliams) yang berkulit putih ke rumah orang tuanya. Chris pasti cemas akan orang tuanya yang nantinya bersikap rasis, karena biasanya orang tua sana umunya begitu. Tetapi Rose mengatakan bahwa orang tuanya tidak seperti itu. Well, sesampai disana, memang, orang tuanya tidak rasis, bahkan akrab, tetapi Chris merasa heran dengan dua pembantu berkulit hitam yang bersikap aneh dan menyembunyikan sesuatu. Orang tua Rose seorang Dokter dan ibunya seorang psikologis yang pandai menghipnotis dan mengubah perilaku buruk seseorang. Tidak ada hal aneh yang begitu mencolok bahkan biasa-biasa saja tetapi ketika malam harinya, dia melihat hal yang aneh, misterius, bahkan ke esokan harinya, hal aneh terasa semakin mengganjal, tetapi ketika semua hal yang mengganjal itu terjawab sudah, waktu telah habis baginya untuk keluar dari sana.


Cerita yang dibawakan Jordan Peele ini terlihat modern classic, bahkan openingnya jelas banget menunjukkan horror klasiknya. Kemudian masuk ketahap building character yang perlahan-lahan menciptakan koneksi yang bagus terutama Chris, Rose dan juga keluarganya. Cerita ditampilkan terlihat sederhana tetapi pintar dalam membawa dan menciptakan keadaan, situasi atau suasana yang sungguh mencekam, dan menurut gua ceritanya shocking twist, kalian bisa nonton sendiri kalau mau tahu. Pada cerita yang dibawakan Jordan Peele ini juga bersifat humor yang mana bintang utama yang menunjukkan humor sebagai penenang tensi dan menambah kenyamanan ialah kawannya Chris. Humor yang terkadang bersifat satir ini berhasil membuat orang tertawa. 


Bagaimana dengan hal lainnya? Setiap pemerannya disini menunjukkan performa yang baik, ekspresi yang superb bahkan pandai menunjukkan bagaimana ekspresi seseorang ketika menyembunyikan sebuah misteri tanpa kita mengetahui bahkan merasakannya. It's like, semua berjalan dengan begitu saja tanpa kita sadari dan ini mendorong suksesnya thrill rasa misteri dalam cerita. Daniel Kaluuya dan Allison Williams adalah dua aktor aktris yang gua suka dan begitu memikat. Unsur creepy yang digunakan cukup sederhana, buktinya senyum sang karakter antagonisnya begitu berasa creepy-nya. Sound and Musicnya kesannya rough atau kasar, terutama alunan Biola yang ikonik dalam film ini menambah cita rasa seramnya. Suka banget dengan konsep alam bawah sadar yang diciptakan, gak bisa ngomong, gerak aja susah, jadinya penonton kayak benar-benar merasakan dan based on experience. Well, akhir kata, soal sinematografinya menurut gua biasa-biasa saja walau ada adegan yang menunjukkan warna yang terlihat beautifully crafted. Banyak adegan yang ikonik dan unforgettable atau takkan dilupakan, termasuk saat dirinya disugesti, "Sink into the floor!" really iconic. 



OVERALL, Get Out memberikan sensasi Horror Thriller dengan pengeksekusian dalam cerita yang sifatnya thought-provoking atau penonton di ajak untuk berpikir, lalu karakter dan sound musiknya di eksekusi dengan sejenius mungkin. Get Out adalah Horror yang tipikalnya berbeda dengan Horror umum lainnya mengumbar sebuah keseraman dalam suasana saja atau Jump Scares saja yang lagi banyak diminati orang, malah Get Out mencoba untuk menarik perhatian dalam ketakutan dan ketegangan penonton lewat karya jeniusnya dalam sajian cerita yang menarik dan classy. Ini merupakan Salah Satu Film Horror Terbaik yang pernah gua lihat sejauh ini, INGAT! Film ini tidak mengumbar keseraman jump scares kayak di The Conjuring (2013) atau sejenisnya, kalau ngeharap seperti itu di film ini, mending jangan nonton.

RATING: 9.0/10