Showing posts with label Sci-Fi. Show all posts
Showing posts with label Sci-Fi. Show all posts

Saturday, August 11, 2018



for english review, scroll until you see the yellow highlight.



INDONESIAN REVIEW

TIMECRIMES begitu simpel tanpa mengelaborasi panjang teori dengan langsung jump to the action meski predictable jangan terkecoh, film ini akan bermain absurd dengan fun trip menegangkan dan menggelitik.

Jika PRIMER terlalu pintar untukmu mungkin tak sanggup bertahan pada perbincangan jenius, TIMECRIMES mengemas kisah time-travel dalam sajian ringan, dan sesederhana mungkin. Begitupun, tidak menutup kemungkinan betapa briliannya Nacho Vigalondo, sang sutradara yang mampu mengemas film menjadi bak pengalaman konsekuensi yang fun.


TIMECRIMES sendiri bisa dibilang film indie spanyol. Hector disini jadi karakter utama. Pulang kerja bawa barang pesanan istri di rumah, hidup sabar meski tekanan kecil kerap mencoba meruntuhkannya, mulai dari istrinya yang tidak mendengarnya, dan tidurnya yang tidak tenang. Hector kerap mengintip lewat teropongnya melihat sesuatu yang manatahu dapat yang segar-segar, which he got one, but weird. Dari sini, cerita semakin menarik rasa penasaran yang membawa kita ke sebuah asal mula.

Seorang perempuan berdiri dengan kepala menunduk, hadir di hutan dengan perlahan membuka bajunya. Ketika istri mengganggu tontonan di depan teropongnya, perempuan tersebut hilang. Hector mencari ke dalam hutan dan terlihat perempuan itu sudah terbaring & suddenly Hector ditusuk oleh seseorang dengan wajah diperban. Pastinya Hector lari, menuju sebuah bangunan terdekat, bertemu dengan, katakan saja, ilmuwan dan menyuruhnya untuk sembunyi di sebuah bak dan ditutup. Ketika keluar, Hector tanpa sengaja telah terlibat dalam paradoks time-travel yang membuatnya kembali ke beberapa jam yang lalu.


Sampai disitu. It isn't a spoiler, at all, okay! Masih aman kok. TIMECRIMES berjalan dengan on-point dan realistis tanpa harus menjelaskan ini itu, cara kerja time-travelnya karena TIMECRIMES yakin, audiens sudah lebih tahu. TIMECRIMES tidak mentok dengan permainan misteri tanpa bikin pecah kepala namun memuaskan pada level sama. Di pertengahan awal, cerita terasa menegangkan, juga misterius dan tone yang rada mirip horror slasher, apalagi ketika berjalan mengikuti arah lampu sudah dibikin deg-degan abis, namun setelah pertengahan plot terasa off atau melemah meski terselamatkan, suspens tetap berjalan sampai berakhir dengan dark humor yang bikin geleng-geleng kepala. Disini karakter Hector seperti memainkan pion. Langkah yang dia ambil meskipun sangat predictable, sampai pertengahan cerita banting setir. Film ini membawa semua hal yang simplistik, sedikit surreal menjadi super fun yang ringan. 



Nacho Vigalondo adalah sutradara berpotensial, filmographynya cukup unik namun namanya overlooked meski Colossal cukup menaikkan namanya. TIMECRIMES jelas, sebuah time-travel story, bermain simplistik tanpa ribet ini itu dan jump to the action yang sungguh memuaskan. Enjoy the trip.

Menurutmu gimana?
Tulis di komen!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.


ENGLISH REVIEW

TIMECRIMES is undemanding, simplistic time-travel story that could balance everything in a bizzare way that you never stop thrills to what it has and a fun trip to join to.

If PRIMER is too clever for you, maybe you can’t handle on what they’re saying though I think it’s an incredible film, there’s TIMECRIMES, little bit adopted on what PRIMER has, also from THE TWILIGHT ZONE. This film is undemanding, simple and that’s how it is. With brilliantly storyteller, Nacho Vigalondo creates this ingineous world into consequences of experience in a fun way.


TIMECRIMES can be said an indie Spanish film. Hector is the main character here. Going home by bringing the stuff for his wife and they living in a forest. So to speak, his life is often attacked with tension even how little it is but he handle it with patient; when his wife doesn’t heard him, and even he can’t sleep and feel bothered on something. Also he sometimes peeking through his binocular whether he could find something pleasure to look at, he got one, and weird. Then the story become more mysterious.

There’s a woman stood with her head down, exist in the forest slowly opening her shirt. When Hector’s wife interrupted the spectacle show in front of his binoculars, that woman disappeared. Hector looked forward into the forest and saw that the woman was lying & suddenly Hector was stabbed by someone with a bandaged face. Certainly Hector ran, headed to a nearby building, met with, let’s say, scientist and told him to hide in a tub and shut down. When he’s out, Hector accidentally was involved in the time-travel paradox that made him back to a few hours ago.


Stop right there. It is not a spoiler, at all, okay! Still safe. TIMECRIMES gives the on-point and is realistic plot without having to explain this or that, how the time-travel works because TIMECRIMES completely confident, that the audience knows much better. TIMECRIMES isn’t stuck by playing the mystery without blowing your mind but results as satisfying at the same level. On the first half, the story feels tense, mysterious and feels like a horror slasher, especially on one scene, when Hector runs to the light paths it completely make me nerve-wracking, but going to the half minutes it feels off or kinda weak although it helped on the next act, suspense still flows through every minutes ‘til it ends with dark humor that blown me away. The Hector's character is like playing a pawn. Every steps he took were very predictable, if you think so, it’s wrong, just prepare. This film really brings all the simplistic things, a little drop of surreal into super fun that is ingenious, and precisely enough.



Nacho Vigalondo is a potential director, his filmography quite good though it seems overlooked, Colossal had brought his name up more. TIMECRIMES clearly, a consequences of time-travel, an experience through it, playing simplistic that jump to the action that resulting best for its idea that he brought. See it and enjoy the trip!

What do you think?
Write in comment!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.


Wednesday, February 7, 2018



for english review, scroll down until you see the yellow color tiles.

synopsis: Orbiting a planet on the brink of war, scientists test a device to solve an energy crisis, and end up face-to-face with a dark alternate reality.


INDONESIAN REVIEW
Fall into a disappointment with its bigger responsible as a connector but somehow it’s worth to see by its matter.

Marketing tak bisa disalahkan, sebenarnya great job buat mereka apalagi untuk tipe film begini. Tak bisa disalahkan juga diriku yang tak bisa enjoy film ini dengan kekacauannya bahkan masih enakan yang sebelumnya yang lebih mencekam, menegangkan dan memuaskan. Banyak orang yang berantisipasi dan terkejut saat filmnya keluar setelah superbowl. Ya, gua punya niat besar untuk nonton langsung film ini dan tetap mengambil pencegahan dengan menurunkan ekspetasi. Dan hal itu terjadi. WHAT. THE. FUCK!


Jujur, film ini tak hanya datang mengejutkan tapi juga selesai dalam keadaan yang sama dengan tambahan gelengan kepala saat aku menyaksikan film ini. Jujur, film ini tak bisa disalahkan akan kekurangannya tetapi disisi lain, film ini tetap harus ditonton. Why? Gua elaborate dulu penilaianku soal film ini.

First thing first, film ini mengambil set di luar angkasa dimana mereka menghidupkan particle accelerator untuk menyelamatkan krisis energi yang sedang terjadi di bumi. Tak tahu juga tahun berapa-an, tapi yang jelas situasi di bumi sering gelap-gelapan, hadeh. Orang-orang yang ada di luar angkasa ini, bukannya berhasil meruntuhkan krisis energi malah berhadapan pada masalah yang di luar akal manusia, di mulai ketika mereka menyadari bahwa bumi tiba-tiba saja hilang.

Jujur, film ini memiliki beban besar terhadap konektivitas film lainnya, mulai dari Cloverfield (2008), 10 Cloverfield Lane (2016), dan juga yang akan datang Overlord (2018) di bioskop nanti. Hanya saja, membawa materi untuk menjawab beberapa pertanyaan di film-film sebelumnya, hanya sekedar begitu-begitu saja, biasa. I can say film ini seperti film kausalitas dari kondisi yang telah terjadi. Hanya saja, banyak kegagalan di dalamnya yang membuat film ini jatuh ambruk dalam kekecewaan.

Kegagalan film ini ialah konstruksi atau membangun tensi ketegangan. Di first-act ketika bermunculan hal-hal aneh yang bikin kening mengernyit cukup menarik tetapi bagaimana eksekusi di second-act bahkan third-act nya kian melemah. Film ini tidak begitu mencekam seperti pendahulunya, atau setidaknya memberikan experience yang menarik lewat misteri udah cukup, tak perlu memberikan sensai menegangkan bila akhirnya begini. Tak hanya itu, dialognya bahkan tidak berhasil menyelamatkan film ini dari kegagalan tersebut. Ketika dialognya demikian, beruntunlah pada pengembangan karakter yang juga melemah, bahkan ketika keinginan director untuk menyisipkan drama di third-act, terlambat sudah akibat beberapa aspek yang kian rendah. Dan tinggallah hanya memberikan jawaban-jawaban tanpa ada kemasan menarik di dalamnya, seakan film ini pelengkap dalam kemasan buruk.

Kalau yang tadi kegagalan aspek-aspek di dalamnya, yang ini malah sia-sia, dan beberapa plot-hole. Kemudian di bagian score yang rasanya tidak sesuai bahkan tidak bisa membantu memberikan rasa ketegangan yang ended-up nanggung. Kemudian di bagian cast yang terasa wasted disini, seperti Gugu Mbatha-Raw yang memerankan tokoh Hamilton di film itu. Akting dan performanya sudah bagus, dan lainnya sebenarnya juga lumayan untuk film ini, hanya saja terhambat karena dialognya.

Buang hal buruk tadi, sekarang bagian kesukaanku di film ini. Hal yang paling kusuka hanyalah bagian awal dan akhir. Bagian akhir seperti menebar minyak pemuas dan menutup dengan pertanyaan yang memutar otak dalam menyusun kejadian demi kejadian di Cloverfield Universe.

Film ini masih interesting di sisi lain, dan worth to see, atau ngelihat spoiler dari orang mengenai ceritanya kalau mau menghemat 1 jam 42 menit. Semua keputusan terserah kalian, bukan maksudku untuk membuat kalian agar tidak menonton film ini, ini semua hanya pendapat dan pemikiranku mengenai film ini. Film itu subjektif, ada yang suka, ada yang tidak, semua tergantung selera dan pandangan anda. Yang jelas, to me, film ini kacau.

Menurutmu gimana?
Tulis di komen!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.

RATING:
2.0/10

ENGLISH REVIEW
Fall into a disappointment with its bigger responsible as a connector but somehow it’s worth to see by its matter.

I can’t blame the marketing, they did a great job for a type of film like this. I can’t blame myself for not enjoying much on this one and prefer the previous one which more, more thrilling and satisfying. So much people anticipated this and surprised when it comes right after the superbowl. Yes, I have a bigger intention and take a precaution by decreasing my expectation. Then, it happens. WHAT. THE. FUCK!


Honestly, this film is not just surprising as it comes to the world but also done in a surprising way with my head shaking a little. This film somehow it is worth to see but if you just wanna take a spoiler from your friend, then that’s yours, haha.

First thing first, this film taking a set from outer space where they have a mission to save the energy crisis by turning on the particle accelerator. I don’t know which year they were but to be clear that earth is in dark. People in a spaceship is not succeed but facing another problem, begin with realizing that the earth is gone. Just gone.

To be honest, this film has bigger load for the connectivity of other film in one film universe, starts from Cloverfield (2008), 10 Cloverfield Lane (2016), and also soon Overlord (2018) in your near cinemas. It’s just, carrying this story to answer few questions from previous films, and just that, it’s not like making its experience become better or at least good. It’s a big disappointment for this one.

So many failure in a messy way. First one, is building the tension, building the thrill, gripping or at least create a fascinating way by taking its mystery in a great packaging. Turns out no, so much potential in this film that just wasted. Then, the dialog that cannot save this film from its failure. When the dialog has a failure, then it goes to the character development that also fail. Even when the film wants to create a drama moment in the third-act before it ended with seconds of satisfying moment, it feels empty even the cast is already putting much effort. Everything left with just answering and knowing the fact and it’s over. It’s a bad wrapped.

Failure in a few aspects, then it’s about the plot, score and cast. Yes, plot-hole is everywhere but not entire, yes, I know if you put attention into the news and other things, but I think some of it still a plot-hole that doesn’t make any sense. Then, the score that it’s weak. You know, score can also build the tension for a bit, take an example like, Life (2016). Next, is the cast. I think this department is pretty wasted. Gugu Mbatha-Raw has a good performance and put a good effort in it, it’s just the story and the constructions of it cannot embrace it.

Let alone that negative points, then going into moments that I really liked. What I really liked is just the beginning and ending. The ending is predictable but it’s still sparkling and satisfying, seeing that thing, roaring and closed by questions that giving duty to your brain, thinking and arranging events in Cloverfield Universe.

Somehow this film is kind of pretty interesting, but I won’t see this again, anymore and have a big regret. If you don’t want to waste your 1 hour 42 minutes just for this crap, it’s all yours. It’s not my decision to hold you up and not watching this one, I am really not, I just put my thoughts about this film and I think this film is not satisfying me. It’s all yours, it’s up to you, your taste and your point of view. Obviously for me, this film is a total messy.

What do you think?
Write in comment!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES.

RATING:
2.0/10

Saturday, October 21, 2017




P.S. FOR ENGLISH REVIEW, SCROLL DOWN 
UNTIL YOU SEE THE RED FONT STYLE!



INDONESIAN REVIEW

Tertawa dalam ironi yang menyedihkan, benar-benar menyedihkan, tetapi begitulah realita yang ada. Film pendek yang aku tonton dari jauh hari ini memberikan sebuah pengalaman menonton yang begitu unik, materi penting lewat sci-fi dalam bumbu dark humor khas Don Hertzfeldt. Memaparkan realita pahit dalam rasa terpukau. Sungguh, film ini begitu unik sampai melibatkan pemikiran dalam merenunginya.

Basically, menceritakan tentang Emily yang merupakan seorang gadis kecil, bertemu dengan dirinya dari masa lalu dan mengaku bahwa dirinya adalah generasi ke-tiga Emily untuk menyampaikan pesan penting pada generasi setelahnya.

Sungguh sebuah film pendek yang mampu membuatku tertawa akan ironi yang begitu menyedihkan. Bagaimana Don meramu sebuah komposisi yang brilian dalam mengajak penontonnya untuk mengeksplorasi dunia yang namanya Outernet, which is kebalikannya dari internet yang kita kenal sekarang. Tak hanya itu, Don mengajak kita akan kisah first-generation Emily menyangkut masa lalu yang telah dilaluinya dan berakhir dalam pertanyaan yang seakan membuat Emily Generasi Ke-tiga terdiam. Hingga pesan akhir yang betul-betul penting untuk kita semua.


Jujur, sampai berkali-kali gua untuk bisa menyerap cerita film ini dan anehnya, malah tidak membosankan, hingga pada titik akhir menghasilkan sebuah kesimpulan dalam benakku. Jujur, film ini begitu brillian, memperlihatkan sebuah kisah bagaimana Emily bertemu dan menjalin kisah dengan yang lain, ketika Emily sampai pada titik terakhir, memori menjadi sebuah hal detail penting baginya. Salah satu perkataannya membuat diriku terdiam. Sungguh, menampilkan seni yang jujur akan ironi bahwa takkan ada yang bisa kita tinggalkan saat mati dan satu-satunya yang ingin disimpan selalu ialah memori.

Yang membuatku lebih takjub ialah, ketika film ini selesai, kesannya masih tetap berjalan, membuat diriku merenungi akan hal yang disampaikan pada film ini. Sungguh, kalian harus menonton film ini karena apa yang disampaikan betul-betul harus kita pahami.

Life always goes forward, never missed any detail moment you had, because you only felt when something missing. Appreciate it, then undirectly you already appreciate the life itself to be meaningful.

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING:
9.8/10

ENGLISH REVIEW

Laughing above the ironic that so wrench, but that’s the reality of it. This short film I’ve seen which is long ago, giving me something extraordinary and unique by it’s important substance through clever sci-fi and dark humor by Don Hertzfeldt. Showing you the bittersweet of life but impressive that also thought-provoking in a meditative way.

Basically, telling about Little Emily, meeting herself from the past and admit that she is the third of generation of her (Emily) for giving an important message before facing the true world.

This film is so amazing that could make me laugh above the ironic at some moment. How Don create the composition that so brilliant and joining the audience to explore the world of Outernet, the otherwise of internet, most of you know now. Not only that, Don grab my attention to Emily Third-Generation’s backstory that she been through and always ended up with question or statement that make the third generation is speechless or sort of. Until the last minutes of important message to all of us.

Honestly, I could watched this over and over to know fully of this film and kinda strange that this film is never bored me, until where I can conclude my thoughts. In my opinion, this film is so clever, showing me how Emily in the past met some people and having a strange relationships until the point where she thoughts that memory is so important detail to her. One of her says is make me speechless. This film has a true art of life itself that nothing left behind and people trying to save the memory they had in that small black thing because life is always goes forward.



What I more impress is, when this film is done, the impression still going on me, making myself to realize and think of the film. Really, this is a film that you must see and I’m really recommend it!

Life always goes forward, never missed any detail moment you had, because you only felt when something missing. Appreciate it, then undirectly you already appreciate the life itself to be meaningful.

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING:
9.8/10


Saturday, October 7, 2017



"its astounding, well-crafted and fucking great experience I ever had with also captured that we are human but not like a real human"


Film sekuel Blade Runner ini bisa dibilang membuat takjub sepanjang durasi walau jujur, experience yang bener-bener selangkah lebih maju ketimbang pendahulunya. Mengusung tema Sci-fi dystopian yang bener-bener dark dan sense yang real juga lampu neon tetep pada stylenya.

Menceritakan kisah Officer K yang menemukan suatu bukti rahasia yang mengarah pada Officer Blade Runner yang telah hilang 30 tahun yang lalu.

Hal yang paling membuat orang tertarik ialah, first, visual yang bener-bener mengugah selera, bener-bener eye-pleasing fantasi yang begitu menarik juga trailer yang memberikan aksi yang wah, second, It’s Dennis Villeneuve or Blade Runner sequel, baby! Which one are you? Dari kedua pilihan bakal terlihat bagaimana anda menikmati film ini dengan hasilnya;”bosen banget” atau “fuck, this is so damn good” yang membuka pandangan gua bahwa ni film jelas banget untuk orang tertentu.

Dari plotnya aja, udah slow-burns tetapi itu bener-bener penggalian materi yang begitu dalam walau pacing di sekuel ini lebih lambat ketimbang pertamanya. Still on purpose, membawa materi mengenai humanity, keobsesian, kasih sayang, dan berbagai diantaranya begitu tersampaikan dengan baik. Kisah yang dibawa ini terasa dark dan entah mengapa film ini memberikan sebuah sense yang real. Belum lagi misterinya yang bener-bener, boom.

Tak hanya itu, Roger Deakins, pasti udah tau kalau ini orang memberikan sebuah visual experience yang bener-bener memukau, warna-warna neon dan shot yang bener-bener terstruktur tetapi tampil wah. Tak hanya itu, telinga kita akan mendengar alunan futuristik dari komposer Hans Zimmer yang of course, it’s very well composed. Belum lagi, para aktor yang bener-bener well-performed apalagi Ryan Gosling yang kali ini kembali memukau gua dengan apa yang dia tunjukkan. ANA DE ARMAS, I LOVE YOU!!

Secara, ni film unggul banget dari yang sebelumnya dan gua akui tetapi entah kenapa pada satu sisi film ini tidak begitu se-memorable dengan yang pertamanya walau experience yang di sekuel ini lebih mantap. Like I said, untuk menikmati film ini perlu ditonton yang pertamanya, kalo film pertamanya lu udah ga suka, prediksi gua bakal no buat yang sekuel ini.

Menurutmu gimana, guys?
Share jawabanmu di komentar, ya!


HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING
9.5/10

Friday, August 18, 2017

Film ketiga sebagai penutup trilogi Apes menjadi suguhan yang cukup bagi gua, merasakan sebuah experience yang tidak mampu untuk membawa film ini ketingkat yang lebih baik daripada sebelumnya.

Mengkisahkan tentang para apes yang mengira kehidupan mereka telah aman tetapi muncul para manusia yang mencoba memberantas kaum apes dari muka bumi ini.

Well, mungkin banyak orang yang tidak menerima opini gua, tetapi inilah opini saya, inilah yang gua rasakan dan apapun itu gua sampaikan dengan jujur. Film ini memang tidak buruk dan juga tidak bagus-bagus amat. Tetapi film ini hanya sekedar sebagai penutup yang membuat tidak membuat kita merasa, "Kenapa film ini harus berakhir?" "Kenapa film ini berakhir seperti ini?" dan semacamnya. It's like, begitu saja. Disappointing? Tidak. Film ini hanya mencapai pada level lumayan-lumayan saja bagi gua.

Membawa unsur toleransi yang memang tak dipungkiri, terutama mencoba menyindir bahwa kehidupan manusia yang berlomba-lomba untuk menjadi kelompok individu yang terunggul tanpa menyadari bahwa disitulah letak keburukan.

Film ini memang berjalan dengan baik, aksi yang ditampilkan emang menarik, sinematografi yang tak perlu diragukan karena sepanjang durasi gua begitu kagum. Tetapi hal yang begitu membuat gua ngerasa kurang ialah, ada beberapa poin didalamnya yang kurang dilakukan secara maksimal atau setidaknya cukuplah. Kemudian bagaimana humor dimulai tidak pada tempatnya, seakan-akan fokus terhadap pesan yang ingin disampaikan menjadi renggang. Belum lagi pengeksekusian ketika sang Villain berakhir, dan gua ngerasa, "Udah?" gua ngerasa pada adegan itu, film ini mencoba buru-buru untuk menceritakan apa yang terjadi selanjutnya.

Hal yang paling gua suka dari apes ini selain aksi, dan betapa solid pesan dan ini itunya, tetapi kali ini, film ini menjadi film yang, cukup deh, memang udah pas untuk mengakhirinya daripada nantinya makin mengada-ngada.

Menurut gua film ini masih enak untuk ditonton kok terlepas dari betapa kurang solid pada bagian tertentu juga pengeksekusian yang kurang tepat. Dan Dawn Of The Planet Of The Apes merupakan favorit gua dalam trilogi apes ini.

Ini sih opini gua? 
Kalau perasaan lu pas nonton ini gimana?
Share di kolom komentar ya!

TERIMA KASIH AND HAVE A NICE DAY!

RATING: 5.7/10