"sederhana namun begitu berasa dan bagaimana mengemas cerita dengan rasionalitas tapi tetap menarik dan beda"
Love For Sale adalah ‘her’ dengan kearifan lokal dengan kisah nyesek namun lepas. Dengan premis yang menarik dan sesuai dengan adanya, realitanya, dimana cinta bagai permainan dan berpengaruh. Dan film yang disutradarai Andi Bachtiar ini betul-betul memberikan sajian bittersweet yang tepat dalam mengisi list one of the best indonesian romance dalam sinema mainstream lokal.
Gading Marten dipercayakan untuk memerankan tokoh Richard, jomblo ngenes
tapi pengusaha namun hidup sengsara dengan ritual galer. Namun kesengsaraan itu
ditimpakan pada karyawannya yang suka telat dan Richard betul-betul menghargai
waktu. Malam, pas nobar bola, kawannya ngajak Richard untuk hadir di nikahannya
tapi harus bawa pasangan. Kawan lainnya membuat taruhan buatnya. Namun Richard
menganggapnya taruhan harga diri, ya lo mungkin kalo diposisinya juga
menganggap hal sama-lah, lek. Muncul-lah brosur love.inc yang memikatnya dan
bertemu perempuan bernama Arini dan jatuh hati padanya.
Kisah cinta yang ditawarkan dari Love for Sale begitu real dengan humor
satirnya yang menambah kesan realism. Mulai dari dialog antar karakter yang
berhasil membangun pondasi cerita yang kian menarik, bagaimana mengulik
karakterisasi para tokoh dan membuat setiap tokoh di dalamnya punya interaksi
menarik dan kuat, itu berhasil ditunjukkan. Santai, dan tidak terlalu di bentuk
banget, seperti membiarkan benih-benih yang udah dikasih ke karakter dan
berkembang dengan sendirinya lewat dialog yang membaur ke ceritanya. Semua
kata-kata yang dilontarkan tokoh berhasil membuat pengembangan karakter dan
cerita menjadi baik. Lewat dialog, mengulik kisah Richard dengan kawannya,
karyawannya, bahkan Arini. Mengikuti kisahnya yang tenggelam dalam cinta namun
hati-hati dan siapkan hati saja buat selanjutnya. Like I said, bittersweet
romance.
Sungguh menarik bahwa naskahnya begitu rapi dan arahannya yang santai
namun begitu afeksi. Hal ini dikarenakan semua begitu pure terpancar apa yang
ingin di sampaikannya. Mulai dari realita, kemanisan romansa, interaksi yang menarik, bahkan sajian pahit
namun lepas. Kenapa lepas? Karena ending yang nantinya bakal antiklimaks dan di
tutup dengan konklusi perasaan batin Richard bahwa cinta itu resiko--resiko yang dimaksud bukan artian negatif--, dan disini
cinta itu sebuah pengalaman rasa dan bagaimana menghandle-nya, saat maupun
after. Realita disini ditunjukkan lewat bagaimana pressure dari sosialnya yang
rasanya menganggap cinta bagaikan benda, bukan perasaan mencinta yang alamiah.
Banyak applause buat lu bang Gading Marten, memainkan tokoh Richard dengan
amat baik. Apalagi pemeran Arini, Della Dartyan sebagai penyokong performa baik
Gading dan menciptakan benih chemistry yang indah. Other cast was also good.
Dua karakter yang diperankan Gading dan Della ini bakal menghipnotis dan
mengundang senyum tanpa sadar.
Jujur, tonton film ini. Kisah yang begitu sederhana namun begitu afeksi di
hati. Pemilihan ending demikian begitu tepat agar materi bisa terngiang dan
dipikirkan, apalagi eksekusi kemanisan romansa yang dibuat seperti momen yang
nantinya bakal berputar di memori. Sajian yang baik dan mesti kalian tonton
segera. Ajak pacar kalo perlu, dan hati-hati yang jomblo. Well, me? I am okay.
Yea. *sobbing Kadarshian-ly*
Menurutmu gimana?
Tulis di komen!
HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!
RATING
8.5/10