Saturday, September 30, 2017

Film kontroversial akan adegan eksplisitnya memberikan sebuah seni yang jujur dan hangat bagi gua. Agak aneh kedengarannya tetapi semakin lama gua suka model film beginian.

Adele, siswi SMA sastra menemukan hatinya merasa kosong akan sesuatu, melakukan eksplorasi akan cinta dan gairah, disitulah dia bertemu dengan seorang wanita berambut biru yang merupakan seniman.

Well, I can say, this one is my favorite. Entah gimana, film ini menuturkan sebuah rasa yang begitu berbeda dari yang lainnya. Terlepas dari adegan eksplisit dan pasti bertentangan lah dengan budaya lokal kita yang mana film ini penuh dengan cerita yang begitu meresap dengan tepat tanpa ada rasa emosional yang berlebih, dan tak setiap drama harus begitu, tetapi bagaimana membuat seseorang merasa terkoneksi akan cerita, merasakannya dan menyentuh hati kita tanpa disadari.

Cast yang super-wow, performa yang berani dan memang impresif. Adele yang tampil begitu cantik dengan bibir yang seksi dan usia muda yang masih melakukan eksplorasi akan cinta dan gairah sementara Emma, seniman yang tak lepas akan seni dan mengekspresikan dan menaruh hidupnya kepada seni.

Bagaimana kedua karakter ini saling dipertemukan dan kisah eksplorasi adele ini begitu bagus. Bagaimana si Kechiche meramu adaptasi graphic novel yang terasa mengalir begitu saja seakan-akan yang kita lihat begitu real dan ditambah aspek cerita dan performa aktrisnya yang begitu mendukung. Penggunaan color yang tepat, visual yang lembut dan peresapan rasa dari film ini begitu dijalankan dengan baik.

Gua suka bagaimana film ini mencoba untuk menampilkan bahasa visual yang jujur dan terasa natural juga hangat. Gua ga peduli apa kata orang soal sex scenes yang begitu lama apalagi di cinema, menurut gua adegan itu mencoba menunjukkan bahasa visual penuh gairah, cinta dan penyatuan jiwa yang seakan-akan melekat dan tersisip ke benak akan cinta mereka yang tak akan pernah bisa terlepaskan. Tapi kalau ditanya kesan pertamanya, memang weird, but I know the purpose and it works.

Film ini juga seakan menunjukkan kalau cinta tanpa kenal batas, kalau kamu suka, ya kejar, jangan peduli apa kata orang. Dan dari sisi lain, film ini juga membahas akan identitas seksualitas dan apakah rasa tiap-tiap tipe itu berbeda. Secara keseluruhan gua suka dengan kehangatan dan kelembutannya, menuturkan sebuah drama yang begitu menyentuh, apalagi tampil natural dan berdasarkan apa yang ada, I just loved this one.

Menurutmu gimana?
Tulis dikomen!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

RATING
9.5/10


Film yang bener-bener lagi ngehype di indonesia dan sebenarnya gua tertarik karena dua alasan, karna Joko Anwar, dan Pengabdi Setan di reboot. 

Menceritakan kisah sebuah keluarga dimana ibunya meninggal. Duka belum berakhir, ibu mereka kembali menjemput mereka.

Bingung mau ngomong dari mana, karena actually gua ga habis pikir dan bahkan perjalanan pulang gua ga berhenti memikirkan film yang barusan gua tonton. Mengapa tidak? Film ini merupakan reboot dari film cult classic yang amazing nyeremin. 

Film reboot ini sedikit mengubah beberapa tatanan didalam film sebelumnya, kayak yang lu udah liat di trailer kalo keluarganya memiliki 4 anak sementara yang versi klasik itu 2 anak dan pemilihan ini bener-bener ngebantu untuk memperkaya eksplorasi cerita didalamnya. Ceritanya sendiri yang udah bener-bener menjanjikan, terus disisip unsur-unsur misterinya yang tak lepas dari gaya Joko Anwar itu sendiri.

Horrornya itu! Ini adalah formula yang gua suka, formula yang bener-bener nyeret nafas lu, formula yang memainkan imajinasi. Actually, formula jump scares-nya cukup efektif dan paling efektif ialah pada bagian pertamanya. But sumpah, gua sampe ngelirik ke layar yang gelapnya saking takut dikejutin (cemen gua kali ini). Itu berkat bulid-up atmosfir horror yang begitu presisi. Tak hanya horror, Joko Anwar menaruh humor yang bener-bener gokil, secara emang ngakak. Dari keseluruhan horrornya begitu seimbang tetapi entah kenapa rasa horror itu semakin lama menurun dan pada beberapa audiens ngerasa itu lucu, but for me not, tetapi itu tidak memberikan kesan buruk karena berkat adanya misteri yang membuat film ini tetap seru, tetap thrill. Ending creditsnya!!! Gua mangap karna twist yang diberi ama Joko Anwar, you damn fuc*king awesome clever man.

Sound, sinematografi, dan akting para cast bener-bener top. Color grading film ini bener-bener cantik, sekaligus nyeremin. Belum lagi, lagu itu, astaga, gua merinding dengarnya pas nonton itu. Tetapi, lepas dari itu semua, sekilas film ini memberikan sebuah sajian yang bikin gua kepingin nonton lagi, dan yang jelas wajib buat orang indo dan kalo lu ga nonton, siap-siap aja denger lonceng, ibu bakal datang disamping lu. Couldn’t agree more that this is the best indonesian horror film on this year so far.

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES

RATING
8.5/10

Saturday, September 23, 2017

A Ghost Story merupakan sebuah eksplorasi cerita dan konsep penceritaan akan rasa kehilangan, cinta, dan kematian. Diramu dengan sesuatu yang begitu real, tak perlu kata-kata tetapi menampilkan sebuah visual yang menarik perasaan gua dan itu sungguh berat dan dalam.

Menceritakan bagaimana kisah seorang perempuan yang baru saja ditinggal mati suaminya dan sendiri dalam duka yang begitu dalam.

Begitu banyak desas desus, split reviews maybe, dan apalagi kata orang-orang mengenai 7 menit Rooney Mara yang hanya makan pie plus plot yang sungguh lambat. Gua udah ngerasa low feeling about it, tapi setelah gua tonton dan apa yang orang bilang soal 7 menit itu, boom, gua speechless. It’s like, visual cerita yang bener-bener terasa nyata, tanpa harus membeberkan kata-kata banyak, 7 menit begitu lama, yes, gua bener-bener ga tahan melihat how alone is she, setiap sepotong pie yang dia makan, terpancar betul emosi juga lewat sound yang seakan kita begitu dekat dengan sang objek, bagaimana dia bertahan, bagaimana dia berusaha untuk menyingkirkan ingatan bersamanya apalagi akhir cinta mereka yang begitu, ah, bener-bener wow, gua speechless banget. Gua gaada masalah dengan pace yang sungguh lambat dan gua rasa itu bener-bener cocok karena bagaimana membuat para penonton tenggelam dalam rasa kesepian, kehilangan.

Editing film ini menurut gua cukup berani dan emang bagus, view 4:3 ratio yang diambil memang luar biasa indah, belum lagi backsound juga musiknya yang makin membuat gua tak bernafas dengan lega, seakan film ini berhasil membuat gua merasakan apa yang karakter di dalamnya itu rasakan. Koneksi yang betul-betul solid.

Film yang bersifat meditatif diracik dalam konsep artistik yang menurut gua inovatif dan sentimentil untuk orang tertentu. Kisah yang mengambil perspektif dari seorang hantu, memberikan kita sebuah pandangan akan satu-satunya yang akan kita bawa mati, it’s not money, it’s not every material tapi memori yang bukan untuk kita, tetapi untuk orang yang kita tinggalkan. Kemudian tak hanya itu, penyampaian materi mengenai kehidupan, kematian yang saling berkaitan. I just loved this film so much. Film tipe begini bakal tertuju pada orang tertentu karena pemilihan konsep seperti itu, bagi yang tidak biasa bakal nganggap apa yang dilakukan begitu membuang waktu banyak.

RATING:

9.4/10

Thursday, August 31, 2017



Film yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, well, apa yang kata orang, ini film benar-benar top markotop atau apapun itu, yes, this film is really a fun ride dan film keren yang harus kalian tonton dan enjoy.

Baby, menjadi pengemudi seorang kriminal demi melunaskan utang padanya.

Actually, memang ini film sebagai summer hit yang sungguh memuaskan. Di segala aspek, Edgar Wright memperhatikannya dengan tepat apalagi hal yang paling gua suka ialah bagaimana segala sesuatu mulai dari musik, dialog, kapan harus berkomedi, kapan harus benar-benar serius itu betul-betul diperhatikan olehnya. It’s like, everything is on the right place. Screenplay original, stylish yet awesome sensation you will get. Karena ini fokus pada Baby, so, film ini benar-benar menyesuaikan dengan apa yang dirasakan, dan sepanjang durasi bakal terus mendengarkan musik-musik klasik hits. GOD, QUEEN!!!

Film popcorn ini memang hebat, dalam karakternya bener-bener, like, ikonik terbantu banget sama busananya, plus dalam mengkarakterisasikan tokoh-tokohnya. Nah, si Baby sendiri merupakan karakter yang, jujur, sama sekali ga bisa gua tebak, bagaimana kehidupannya yang bertemu dengan seorang Debora yang menjadi motivasi lain untuk bebas tetapi apakah semudah itu? Ya, lu liat aja nanti. It’s not really romance tapi chemistry mereka dapet. Belum lagi, para cast yang benar-benar cocok dengan karakternya. Kevin Spacey yang, memang dia penjahat juga kejam tapi pada satu hal, dia juga punya hati dan lu bisa liat nanti, Jon Hamm dan lainnnya memiliki karakter yang unik sekali.

Gua jujur, sampai bingung mencari problem, tapi sebenarnya itu bukan tugasku, mencari titik kesalahan karena ketika gua menonton, gua harus bisa merasakan, memahami, enjoy, dan benar-benar mencoba melepaskan diri untuk merasakan sensasinya apalagi ini popcorn movie, so, gua selalu buang yang namanya pemikiran kritik saat menonton. Just enjoy it!

RATING:
9.3/10

Friday, August 18, 2017

Film ketiga sebagai penutup trilogi Apes menjadi suguhan yang cukup bagi gua, merasakan sebuah experience yang tidak mampu untuk membawa film ini ketingkat yang lebih baik daripada sebelumnya.

Mengkisahkan tentang para apes yang mengira kehidupan mereka telah aman tetapi muncul para manusia yang mencoba memberantas kaum apes dari muka bumi ini.

Well, mungkin banyak orang yang tidak menerima opini gua, tetapi inilah opini saya, inilah yang gua rasakan dan apapun itu gua sampaikan dengan jujur. Film ini memang tidak buruk dan juga tidak bagus-bagus amat. Tetapi film ini hanya sekedar sebagai penutup yang membuat tidak membuat kita merasa, "Kenapa film ini harus berakhir?" "Kenapa film ini berakhir seperti ini?" dan semacamnya. It's like, begitu saja. Disappointing? Tidak. Film ini hanya mencapai pada level lumayan-lumayan saja bagi gua.

Membawa unsur toleransi yang memang tak dipungkiri, terutama mencoba menyindir bahwa kehidupan manusia yang berlomba-lomba untuk menjadi kelompok individu yang terunggul tanpa menyadari bahwa disitulah letak keburukan.

Film ini memang berjalan dengan baik, aksi yang ditampilkan emang menarik, sinematografi yang tak perlu diragukan karena sepanjang durasi gua begitu kagum. Tetapi hal yang begitu membuat gua ngerasa kurang ialah, ada beberapa poin didalamnya yang kurang dilakukan secara maksimal atau setidaknya cukuplah. Kemudian bagaimana humor dimulai tidak pada tempatnya, seakan-akan fokus terhadap pesan yang ingin disampaikan menjadi renggang. Belum lagi pengeksekusian ketika sang Villain berakhir, dan gua ngerasa, "Udah?" gua ngerasa pada adegan itu, film ini mencoba buru-buru untuk menceritakan apa yang terjadi selanjutnya.

Hal yang paling gua suka dari apes ini selain aksi, dan betapa solid pesan dan ini itunya, tetapi kali ini, film ini menjadi film yang, cukup deh, memang udah pas untuk mengakhirinya daripada nantinya makin mengada-ngada.

Menurut gua film ini masih enak untuk ditonton kok terlepas dari betapa kurang solid pada bagian tertentu juga pengeksekusian yang kurang tepat. Dan Dawn Of The Planet Of The Apes merupakan favorit gua dalam trilogi apes ini.

Ini sih opini gua? 
Kalau perasaan lu pas nonton ini gimana?
Share di kolom komentar ya!

TERIMA KASIH AND HAVE A NICE DAY!

RATING: 5.7/10

Friday, July 7, 2017


"an extraordinary math thriller that heating your mind"

SINOPSIS:
4 orang matematikawan mendapatkan sebuah undangan rahasia untuk menuju ke suatu pertemuan dengan terlebih dulu memecahkan soal di undangan tersebut kemudian mengikuti aba-aba dan bertemulah ke-4 orang itu pada satu tempat, pertemuan yang begitu tidak jelas hingga mereka menyadari ada sesuatu yang janggal dan tak ada waktu untuk kembali.

REVIEW:
Film satu ini buat gua tertarik mengikuti plot yang mengalir dengan tensi yang semakin memuncak. Dengan modal gaya matematika berbalut seni yang indah dan ditabur bumbu-bumbu misteri thriller yang terasa fresh dan unik. Sebenarnya model beginian udah biasa sih, tetapi bagaimana film ini membawa audiensnya ini lewat misteri yang berpacu dengan waktu memberikan kesan yang baik.

Openingnya aja udah ngasih satu aba-aba bahwa apa yang kita saksikan selanjutnya sangat identik dan kental akan matematika. Film ini tak membuatmu bagai orang bodoh, malah kamu disini duduk untuk melihat, menyaksikan dan ikut mengulik satu-persatu yang terlibat di pertemuan itu, mencari tahu siapa dalang, korban, alasan dan sejenisnya. Tak perlu kita memahami betul teka-teki yang mereka kerjakan walau ada beberapa reviewer lain nyoba.

Backstory para karakter diawal sangatlah kosong, hingga audiens terkoneksi dengan sang karakter lewat kepanikan, kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Belum lagi, suasana yang tercipta benar-benar intens, warna merah dan kuning terang betul-betul efektif. Soal scorenya sih fine-fine aja tetapi ada shaky-cam di adegan-adegan akhir yang ngasih audiens dua kesan, pusing dengan tensi semakin tinggi, dan satu lagi, terganggu dan memberikan kesan buruk sedikit pada penonton. Kalau lu yang suka art-house pada kebanyakan tipe pertama, nganggapnya efektif, ujung-ujungnya, it’s depend on your perspective, ga bisa maksa. Well, sebenarnya masih ada yang terasa janggal dan kurang jelas dan bahkan


Dari film ini juga lu bakal lihat, and it’s like sebuah representasi terhadap ilmuwan matematika terkenal dulu, apalagi orang yang terlalu obesesi dengan penemuannya, bahkan hal yang dia kerjakan jika gagal sedikit atau ada yang mengganggunya, bisa gila atau ujung-ujungnya bunuh diri. Bahkan gua belajar dari film ini bahwa setiap kita mengambil sebuah ambisi, jangan terlalu berlebihan, plus biarkan dunia tetap seperti ini daripada ujung-ujungnya menciptakan malapetaka.

Well, bukan maksud gua untuk menyindir atau menjelek-jelekkan reviewer lain. Ada satu kasus dan gua ga setuju dan complain bahwa ketegangan selanjutnya dia gak ada ngerasa apa-apa, like, datar. Satu hal yang bikin memperburuk kesan ialah, ketika mencoba memecahkan teka-tekinya, entah betul apa enggak, mudah entah tidaknya, dan menurutnya teka-teki itu terlalu mudah bagi orang yang udah ahli matematika, tetapi pada film ini, berbeda suasana, belum lagi panik yang menerpa, ini itu dan segalanya yang menganggu pikiran mereka, plus karena mereka ada sering nge-pause, ini bakal ngerusak kesan lu pas lagi nonton film ini.

Yang bisa lu ambil dari kasus itu ialah, kalau menonton sebuah film terutama jika ingin menilai sebuah film, harus menonton tanpa ada mempause, atau berhenti sejenak kemudian lanjut lagi, karena ini bisa mengganggu kesan lu ketika menonton. Coba aja deh bedain, --tetapi ini opini dan ini hasil pengamatan gua, so belum tentu juga. Beberapa artikel juga menegaskan dan ga selalu berpatokan dari situ juga karena setiap orang punya prinsip dan cara tertentu dalam menilai film.

Tapi ingat ya guys, kesan tidak bisa dibohongin walau apapun dalam film itu udah bagus. So, kalo kalian merasa film ini kurang, ya itu opinimu dan gua akan beri respect terhadap opinimu.

So, gitu saja guys!

Menurut kalian gimana?
Tulis dikomentar!

Keep following me for an update review on instagram!

HAVE A NICE DAY AND LIVE FOR MOVIES!

Sunday, June 11, 2017

Sutradara: Patty Jenkins
Penulis: Zack Snyder (Cerita), Allan Heinberg (Screenplay)
Sinematografi: Matthew Jansen
Penata Seni: Dominic Hyman
Musik: Ruppert Gregson Williams

Cast: Gal Gadot, Chris Pine, Robin Wright, ...





“I am Diana Of Themyscira, daughter of Hippolyta!” ㅤㅤ






So, film yang lagi nge-hype, lagi heboh dengan kabar Wonder Woman yang katanya bagus, keren but kenyataannya, memang ini film menjadi pembangkit kejayaan DC setelah Batmannya Christian Bale di The Dark Knight karya Nolan. 



Basically, film ini menceritakan kisah Wonder Woman dengan alur maju mundur, menceritakan bagaimana dirinya sejak kecil hingga besar dilatih bela diri, hingga bertemu Steve Trevor (Chris Pine) yang membawanya menuju arena perang sesungguhnya hingga dirinya menemukan jati diri dan misi sesungguhnya.



So, gua applause banget sama Patty Jenkins dengan krunya yang telah berhasil buat gua excited dengan film ini. Dengan story yang bisa dibilang kuat, fun, padat juga apik. Selain lebih menunjukkan the real hero dengan tugas mulianya, lebih tepatnya yang gua ambil ialah soal perjuangan demi perdamaian dan ketentraman dan itulah yang Diana (Gal Gadot) inginkan, dia ingin membunuh Ares agar perang dimana-mana tidak akan terjadi lagi. Well, gua ga bisa nilai keakuratan film dengan versi komik tetapi entah emang dari sananya, ceritanya menggabungkan mitologi Yunani dengan perang dunia yang bersejarah dan terlihat realistis dan nyambung. 



Pokoknya dari sisi cerita memang sudah tertata dengan bagus, beberapa diselipkan rasa humor yang logic dan emang lucu, gak garing, bahkan ada momen awkward antara Diana juga Steve yang bikin gua geli, dan soal sisi emansipasi wanitanya emang juga kuat yang disusul dengan sisi yang menonjolkan perdamaian dan ketentraman yang di inginkan Diana.



Belum lagi shotnya yang bener-bener wonderful, apalagi suasana dan set Amazon yang bikin gua takjub, dan battle scene-nya bener apik ditambah slow motionnya juga score yang bener-bener pas dan makin menggugah selera ketika menontonnya. Gua udah keimpress dengan ceritanya bahkan para karakter yang udah ngecuri perhatian lu pada.



Film ini memiliki sesuatu yang berharga yang disampaikan penonton lewat perjuangannya, keras kepalanya Diana yang bener-bener harus tercipta dunia yang damai, dan lain-lain seakan-akan tidak hanya menghibur tetapi menjadi sajian yang berkesan, bermakna juga moral bahkan hal lain yang bisa lu ambil. Karena pengembangan story, hubungan antar karakter yang karismatik, juga performance para pemeran, pada wilayah deket ending sampe abis, bikin gua nangis tapi sayang ketahan gara-gara tempat publik. Pokoknya keren abis.







Film ini sangatlah berkesan dan lebih dari sekedar kata “menghibur”. So, RECOMMENDED pasti buat lu pada untuk nonton ni film. Empowering ada, romance ada, funny ada, drama dan actionnya juga ada dan gak ketinggalan soal pesannya, dan seluruh porsinya tepat dibagi.

RATING: 9.2/10